Teras Baca – Banyak yang memperhatikan bahwa semakin sedikit generasi muda, khususnya Gen Z, yang tertarik untuk berkarier sebagai guru. Padahal, profesi guru dianggap sebagai pekerjaan yang sangat penting dan mulia dalam masyarakat.
Lalu, apa yang membuat Gen Z enggan menjadi guru? Dalam artikel ini, kita akan membahas beberapa alasan di balik tren ini dan mencoba untuk memahami faktor-faktor yang memengaruhinya.
1. Tekanan Kerja yang Berat
Profesi guru bukan hanya tentang mengajar di depan kelas selama beberapa jam sehari. Beban kerjanya jauh lebih besar dari yang terlihat. Gen Z enggan jadi guru karena mereka melihat beban kerja ini sebagai sesuatu yang terlalu menekan.
Tugas-tugas tambahan seperti menyiapkan materi, merencanakan pelajaran, mengoreksi tugas, dan menghadiri rapat bisa sangat menguras waktu dan energi. Banyak yang merasa bahwa profesi ini memerlukan pengorbanan besar tanpa mendapatkan imbalan yang sepadan.
Guru diharapkan mampu menghadapi siswa dari berbagai latar belakang, memberikan dukungan emosional, sekaligus menjaga kualitas pengajaran. Untuk Gen Z yang cenderung menghargai keseimbangan hidup dan pekerjaan, tuntutan seperti ini bisa menjadi alasan kuat untuk menjauhi profesi tersebut.
2. Gaji yang Kurang Menarik
Gaji guru sering dianggap kurang sebanding dengan beban pekerjaan yang ditanggung. Hal ini menjadi salah satu alasan utama mengapa Gen Z enggan jadi guru.
Mereka membandingkan gaji di sektor pendidikan dengan bidang lain, terutama teknologi atau industri kreatif, dan merasa bahwa gaji guru tidak cukup menggiurkan. Padahal, generasi ini cenderung memiliki kebutuhan finansial yang tinggi karena gaya hidup yang lebih dinamis dan teknologi yang berkembang pesat.
Dengan perkembangan ekonomi dan biaya hidup yang terus meningkat, gaji yang rendah menjadi pertimbangan penting bagi Gen Z dalam memilih karier. Mereka mungkin berpikir bahwa berkarier sebagai guru tidak akan memenuhi ekspektasi keuangan mereka.
3. Kurangnya Apresiasi Terhadap Profesi Guru
Meski peran guru sangat penting, apresiasi terhadap profesi ini seringkali kurang di mata masyarakat. Banyak guru merasa tidak dihargai, baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat umum. Situasi ini membuat Gen Z enggan jadi guru karena mereka melihat bahwa meskipun telah bekerja keras, penghargaan yang didapatkan masih minim.
Tekanan dari orang tua dan masyarakat yang sering mengkritik kinerja guru tanpa memahami tantangan yang dihadapi juga membuat profesi ini kurang menarik bagi generasi muda.
Di era digital, di mana opini bisa dengan mudah disebar di media sosial, kritik terhadap guru sering menjadi sorotan. Hal ini tentu membuat Gen Z ragu untuk terjun ke dunia pendidikan.
4. Kesulitan dalam Menghadapi Teknologi dan Kurikulum yang Terus Berubah
Teknologi dan kurikulum di dunia pendidikan selalu berkembang, yang tentunya membutuhkan adaptasi cepat dari para guru. Namun, Gen Z enggan jadi guru karena mereka merasa tidak yakin dengan kemampuan mereka untuk terus mengikuti perkembangan ini.
Banyak yang berpendapat bahwa proses adaptasi ini bisa menjadi beban tambahan bagi para guru, yang sudah harus menangani banyak tugas lain.
Selain itu, kurikulum yang sering berubah membuat proses pengajaran menjadi lebih rumit. Siswa di era sekarang juga lebih kritis dan memiliki akses mudah ke berbagai informasi, sehingga menuntut guru untuk selalu siap dengan pengetahuan yang luas dan terkini. Tidak semua orang merasa siap menghadapi tantangan ini, termasuk Gen Z.
5. Pilihan Karier Lain yang Lebih Menarik
Gen Z tumbuh dalam era digital yang memberikan mereka akses tak terbatas ke berbagai informasi dan peluang. Hal ini membuat mereka lebih cenderung mengeksplorasi berbagai karier yang lebih dinamis dan inovatif, seperti di bidang teknologi, desain, atau konten kreatif. Gen Z enggan jadi guru karena merasa ada pilihan karier lain yang lebih sesuai dengan minat dan gaya hidup mereka.
Bidang teknologi, misalnya, menawarkan peluang karier yang lebih fleksibel, dengan potensi pendapatan yang lebih tinggi dan kesempatan untuk bekerja dari mana saja.
Bagi Gen Z yang sangat menghargai kebebasan dan fleksibilitas, profesi guru, yang cenderung lebih terikat dengan jadwal dan tempat, tidak lagi dianggap sebagai pilihan menarik.
6. Generasi yang Lebih Terbuka dan Kritis
Gen Z dikenal sebagai generasi yang lebih kritis dalam memandang banyak hal, termasuk pilihan karier. Mereka mempertanyakan sistem pendidikan, tidak hanya sebagai siswa, tetapi juga sebagai calon pengajar. Gen Z enggan jadi guru karena mereka merasa sistem pendidikan saat ini masih banyak memiliki kekurangan yang sulit diubah dari dalam.
Mereka mungkin merasa bahwa meskipun mereka menjadi guru, mereka tidak akan bisa membawa perubahan signifikan dalam sistem yang sudah ada.
Ini membuat mereka lebih memilih untuk berkontribusi di luar dunia pendidikan formal, misalnya melalui platform digital, organisasi nirlaba, atau bahkan membangun startup pendidikan yang lebih inovatif.
Bisakah Dunia Pendidikan Menarik Minat Gen Z Kembali?
Menjadi guru memang bukanlah pilihan yang mudah, terutama di mata Gen Z yang menghadapi banyak pilihan karier lain yang lebih menarik dan menguntungkan. Faktor seperti tekanan kerja, gaji yang kurang memadai, serta apresiasi yang rendah menjadi alasan utama mengapa Gen Z enggan jadi guru.
Ditambah lagi dengan perkembangan teknologi yang terus berubah dan tuntutan yang semakin besar, profesi guru tampaknya menjadi pilihan yang kurang menarik bagi generasi ini.
Namun, bukan berarti semua harapan hilang. Untuk menarik minat Gen Z, perlu ada perbaikan dalam sistem pendidikan, termasuk peningkatan apresiasi terhadap profesi guru dan pemberian ruang untuk inovasi dalam proses pengajaran.
Dengan begitu, mungkin lebih banyak anak muda yang akan melihat profesi guru sebagai pilihan karier yang menarik dan bermakna di masa depan.